Sabtu, 02 Juli 2011

Pos Jaga

POS JAGA
Pos jaga adalah sebuah bangunan yang digunakan sebagai tempat berjaga satpam.
Bangunan ini di bangun dengan tujuan agar daerah sekitar pos jaga menjadi aman dari gangguan-gangguan tangan yang tidak bertanggung jawab.

Dan letak bangunan pos jaga ini selalu berada di depan dr sebuah kawasan atau lokasi.
 
Contoh kawasan atau lokasi yang selalu d beri bangunan pos jaga antara lain :
  perkantoran, sekolahan, pabrik, perumahan/realestate, tempat wisata, dan masih banyak lainnya.




Selasa, 28 Juni 2011

Pengamatan Bangunan

  Bank Internasional Indonesia (BII)  Surabaya






  Di jalan- jalan tengah kota Surabaya banyak di temukan bangunan - bangunan peninggalan zaman kolonial. Di Surabaya bangunan - bangunan tersebut sangat di jaga bentuk aslinya. Karena bangunan- bangunan tersebut banyak mengandung nilai - nilai sejarah yang cukup kuat. Akan tetapi bangnan bangunan tersebut di bagi menjadi 4 jenis antara lain :
  • Bangunan tipe A:   
       Bangunan yang tidak boleh di pugar fungsi maupun bentuknya
  • Bangunan tipe B:
      Merupakan bangunan  yang boleh di pugar dari sisi fingsinya
  • Bangunan tipe C
      Merupakan bangunan yang boleh di pugar dari sisi fungsi   
      maupun tampaknya                                   
  • Bangunan tipe D:
      Merupakan bangunan yg boleh di hancurkan.






contohnya banguna  Bank Internasional Indonesia. Banngunan yang terletak di Surabaya ini tergolong dalam bangunan tipe A , bangunan yang tidak boleh di pugar dari segi fungsi maupun  tampaknya. Kebetulan waktu itu saya sedang mengikuti seminar arsitek surabaya, saya dan teman- teman saya di ajak berkeliling  ke beberapa tampat Hotel Ibis, Gedung Cerutu,balai pemuda,, dan masih banyak lain nya.
Saat saya melihat sendiri bangunan tersebut memang masih  terasa kental nuansa kolonil belanda pada bangunan tersebut.


History :

Jumat, 17 Juni 2011

PERKEMBANGAN NUANSA KOLONIAL DI KOTA MALANG

Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di propinsi Jawa Timur yang telah lama berdiri sejak zaman kolonial Belanda tepatnya sejak awal abad ke-19. Pada zamannya, perencanaan kota Malang sejak awal sering disebut sebagai salah satu hasil perencanaan kota kolonial yang terbaik di Hindia Belanda. 
 
Kota Malang yang kita huni didesain dengan konsep arsitektur kolonial, yang mempunyai nilai estetis dan historis yang tinggi sehingga patut untuk di pertahankan.Salah satu sebab mengapa warisan arsitektural dari masa itu yang berupa bangunan kolonial masih dapat dinikmati oleh masyarakat modern adalah karena kekhasan bentuk bangunannya. 
 
Pada saat itu para arsitek Belanda yang merancang bangunan-bangunan kolonial di Indonesia pada era 1910-an hingga 1940-an telah berhasil memadukan arsitektur Eropa, khususnya Belanda, dengan teknologi bangunan daerah tropis. Bangunan-bangunan tersebut tetap memiliki gaya Eropa, namun tetap sesuai untuk dihuni di daerah tropis. Keunikan bangunan inilah yang membedakan bangunan kolonial Belanda dengan bangunan lainnya. Khususnya yang menghubungkan satu bangunan dengan bangunan lainnya, terutama pada fasade bangunan yang terlihat pertama kali oleh pengunjung. 

    Yang kemudian hadirnya bangunan-bangunan bermenara menandai era baru arsitektur perkotaan di Malang. Gaya arsitektur Indische Empire yang muncul sampai akhir abad ke-19 sempat muncul di Malang. Gaya tersebut terlihat pada gedung asisten residen di dekat alun-alun kota Malang.
    Belanda sudah memasuki Kota Malang sejak tahun 1767, akan tetapi baru berkembang pesat pada awal abad ke-20. Perkembangan yang pesat dalam perencanaan perluasan kota Malang sangat dipengaruhi dari berdirinya Gemeente Malang pada 1 April 1914 dibawah pimpinan walikota pertama, H.I Bussemaker. Perencana utama perkembangan kota Malang pada masa itu adalah Ir. Herman Thomas Karsten, dengan memperhatikan aspek kenyamanan view yang berorientasi pada pemandangan gunung-gunung sekitar kota Malang. 
Pusat kota Malang tahun 90an
Pusat kota Malang tahun 90an

Dan rancangan yang dibuat oleh Ir Thomas Kartsen tahun 1920, merupakan fenomena baru bagi perencanaan kota-kota di Indonesia, kaidah-kaidah perencanaan modern telah memberikan warna baru bagi bentuk tata ruang kota, seperti penggunaan pola boullevard, bentuk-bentuk simetri yang menonjol dan sangat disukai pada periode renaisance.